Sabtu, 24 April 2010

Thypus

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan penyakit thypus

1. Pengkajian

Pengkajian sistem gastrointestinal meliputi riwayat kesehatan serta pemeriksaan fisik komprehensif dimulai dari rongga mulut, abdomen, rektum dan anus pasien. Tujuan tindakan ini untuk mengumpulkan riwayat, pengkajian fisik dan tes diagnostik untuk mengidentifikasi dan mengatasi diagnosa keperawatan dan medis klien. (Monica Ester, 2001).Pada pengkajian penderita dengan kasus typhus abdominalis yang perlu dikaji :

a.Riwayat keperawatan

b.Kaji adanya gejala dan tanda meningkatnya suhu tubuh terutama pada malam hari, nyeri kepala, lidah kotor, tidak nafsu makan, epistaksis, penurunan kesadaran (Suriadi, dkk 2001).

Diagnosa Keperawatan:

a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak ada nafsu makan, mual dan kembung.

b. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake cairan dan peningkatan suhu tubuh.

c. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan kesadaran.

d.Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan istirahat total.

e.Hipertemi berhubungan dengan proses infeksi (Suriadi, dkk, 2001).

2. Perencanaan Keperawatan

Setelah merumuskan diagnosis keperawatan, maka intervensi dan aktivitas keperawatan perlu ditetapkan untuk mengurangi, menghilangkan, dan mencegah masalah keperawatan klien.

a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak ada nafsu makan, mual dan kembung.

Tujuan : - Meningkatkan kebutuhan nutrisi dan cairan.

Intervensi :

1) Nilai status nutrisi klien.

2) Izinkan klien untuk makanan yang dapat ditoleransi klien, rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan klien meningkat.

3) Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi.

4) Anjurkan kepada keluarga untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tetapi sering.

5) Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan dengan skala yang sama.

6) Pertahankan kebersihan mulut klien.

7) Jelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit.

8) Kolaborasi untuk pemberian makanan melalui parenteral. Jika pemberian makan melalui oral tidak memenuhi kebutuhan gizi klien.

b. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake cairan dan peningkatan suhu tubuh.

Tujuan : - Mencegah kurangnya volume cairan.

Intervensi :

1) Observasi tanda-tanda vital (suhu tubuh ) paling sedikit setiap empat jam.

2) Monitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan : turgor tidak elastis, ubun-ubun cekung, produksi urine menurun, membran mukosa kering, bibir pecah-pecah.

3) Observasi dan catat intake dan output dan mempertahankan intake dan output yang adekuat.

4) Monitor dan catat berat badan pada waktu yang sama dan dengan skala yang sama.

5) Monitor pemberian cairan intravena melalui intravena setiap jam.

6) Kurangi kehilangan cairan yang tidak terlihat (insensible water loss/IWL) dengan memberikan kompres dingin atau dengan tepid sponge.

7) Berikan antibiotik sesuai program.

c. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan kesadaran.

Tujuan : - Mempertahankan fungsi persepsi sensori.

Intervensi :

1) Kaji status neurologis

2) Istirahkan klien hingga suhu dan tanda-tanda vital stabil

3) Hindari aktivitas yang berlebihan.

4) Pantau tanda-tanda vital.

d. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan istirahat total.

Tujuan : - Kebutuhan perawatan diri terpenuhi.

Intervensi :

1) Kaji aktivitas yang dapat dilakukan klien sesuai dengan tugas perkembangan klien.

2) Jelaskan kepada klien dan keluarga aktivitas yang dapat dan tidak dapat dilakukan hingga demam berangsur-angsur turun.

3) Bantu memenuhi kebutuhan dasar klien.

4) Libatkan peran keluarga dalam memenuhi kebutuhan dasar klien.

e. Hipertemi berhubungan dengan proses infeksi.

Tujuan : - Mempertahankan suhu dalam batas normal.

Intervensi :

1) Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang hipertermia.

2) Observasi suhu, nadi, tekanan darah, pernafasan.(Suriadi dkk, 2001).

3. Pelaksanaan / Implementasi

Implementasi adalah pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat dan klien. Beberapa petunjuk pada implementasi adalah sebagai berikut :

a. Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi.

b. Keterampilan interpersonal, intelektual, teknikal dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat.

c. Keamanan fisik dan psikologis dilindungi.

d. Dokumentasi intervensi dan respons klien.(Keliat, Anna Budi, 1999).

4. Evaluasi Keperawatan.

a. Klien menunjukkan tanda – tanda kebutuhan nutrisi terpenuhi.

b. Klien menunjukkan tanda – tanda terpenuhinya kebutuhan cairan.

c. Klien tidak menunjukkan tanda – tanda penurunan kesadaran yang lebih lanjut.

d. Klien dapat melakukan aktifitas sesuai dengan kondisi fisik dan tingkat perkembangan klien.

e. klien akan menunjukkan tanda – tanda vital dalam batas normal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar