Jumat, 07 Mei 2010

Ketika Kepercayaan Dipertanyakan

Part 1

“La… Aku sayang kamu. Aku peduli sama kamu. Sekelam apa pun masa lalu kamu, bagi aku kamu tetap bidadari dalam hidupku. Jangan pernah lagi ngomong kalo kamu ga pantas buat aku!” Aku terseguk dalam pelukan Abdul yang kian erat. Abdulku. Laki-laki yang kukagumi. Cintanya begitu dalam kurasakan. Tapi apakah aku pantas mendapatkannya? Dia laki-laki yang bisa menjaga dirinya dengan cukup baik, sedang aku?

Terkenang hari-hari di masa kecil dulu. Saat keluargaku harus tinggal dan bekerja di sebuah rumah minum. Dimana rumah itu dipenuhi para pemabuk, juga para pelacur. Ayah hanyalah seorang satpam di sebuah perusahaan. Dan ibuku… Beliau adalah kasir di rumah minum itu. Karena ibu bekerja di situlah, maka keluarga kami diberi dua kamar gratis di salah satu bagian rumah. Sebagai akibatnya, ibu tidak menerima gaji sepeser pun dari si pemilik.

Rumah minum itu cukup luas. Terdiri dari satu rumah utama yang bertingkat. Memiliki beberapa kamar yang tentunya kalian tau akan digunakan untuk apa. Teras luas di bagian depan dan di tingkat dua. Bar di ruang utama. Dan tigabelas pondok kecil terbuka yang mengelilingi rumah utama. Di dekatnya ada sebuah danau. Aku suka memancing dan angon itik di sana. Kadang-kadang juga suka hunting telor itik yang berceceran di mana-mana. Tau sajalah gimana kelakuan para itik itu. Ah iya, ada juga pondok-pondok yang untuk menuju ke sana harus melewati labirin tanaman dulu. Sepertinya masa laluku indah ya? Benarkah?

Dulu, kami juga pernah tinggal di gudang kantor tempat ayah bekerja. Bersama roll roda alat berat yang penuh oli. Bersama tikus-tikus. Kami tinggal bersama di ruangan tanpa jendela seluas tiga kali lima belas meter. Karena itulah maka ayah dan ibu bersedia saat ditawari untuk memegang rumah minum itu. Hanya agar anak-anaknya bisa merasakan rumah yang lebih layak. Layakkah? Baca entri selengkapnya »

Tidak ada komentar:

Posting Komentar